Selasa, Desember 11, 2012

Studi Kitab Hadis: Sunan Ibnu Majah


A. Biografi Ibn Majah

Nama Ibn Majah menjadi terkenal dikalangan umat Islam setelah munculnya Kitab hadis Sunan Ibn Majah yang termasuk ke dalam kutub al-sittah. Nama lengkap Ibn Majah ialah Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Ibn Majah al-Rubay’iy al-Qazwiniy al-Hafiz. Al-Qazwiniy merupakan nama lain yang dinisbatkan kepada ulama yang lahir pada tahun 209 H/ 824 M ini, karena nama tersebut merupakan tempat dimana Ibn Majah tumbuh dan berkembang. Adapun nama asli Ibn Majah ialah Muhammad ibn Yazid dengan nama kuniyah Abu Abdullah.
Ulama yang terlahir pada masa pemerintahan Dinasti Abbasyiyah tepatnya masa kekhalifahan al-Makmun (198 H/813 M) ini meninggal pada usia 74 tahun. Lebih tepatnya meninggal pada hari selasa tanggal 22 Ramadhan tahun 273 H pada masa khalifah al-Muqtadir (295 H/908 M).
Sedikit sekali ditemukannya informasi mengenai Ibn Majah pada saat masih kecil dalam beberapa literatur yang ada. Sebagian kecil menceritakan mulainya Ibn Majah belajar di desa Qazwin pada masa kecil. Kebanyakan diinformasikan tentang keahlian yang digelutinya dalam hal penyusunan hadis. Ketekunannya dalam dunia hadis sudah terlihat ketika Ibn Majah berusia 15 tahun, yaitu dengan mencari guru ke berbagai daerah dan mendengarkan hadis-hadis secara langsung yang berlanjut cukup lama. Berkat kegiatan tersebut, menjadilah Ibn Majah sebagai ulama hadis yang dikenal oleh umat muslim pada masa itu sampai sekarang.
Telah dijelaskan sebelumnya, pada abad ke 3 hijriyah dan sebelumnya, para ulama mutaqaddimin telah menghimpun hadis-hadis Nabi saw yang tercecer di berbagai daerah. Kehadiran Sunan Ibn Majah dalam dunia Islam terjadi pada masa keemasan Islam, yaitu adanya pembukuan hadis secara besar-besaran. Begitu juga banyak hadis palsu atau maudhu’ yang disebarkan oleh kaum zindiq. Oleh karena itu, para ulama muhaddisin menyeleksi hadis-hadis secara ketat agar hadis maudhu’ terdeteksi, sehingga hal itu dikenal dengan ‘Ulum al-Hadis.
Dengan banyaknya daerah yang disinggahi oleh Ibn Majah dalam mencari hadis disamping memperoleh banyak ilmu, beliau dikenal sebagai petualang keilmuan. Berikut adalah daerah yang pernah beliau singgahi : Khurasan, Naisabur, serta kota lainnya seperti : al-Ray, Iraq, Baghdad, Kufah, Basrah, Wasit, Hijaz, Makkah dan Madinah. Dengan banyaknya daerah yang dikunjungi, otomatis banyak pula guru yang beliau ikuti, diantaranya ialah:
1)   Ali Ibn Muhammad al-Tanafasy dan Jubarah ibn al-Muglis (guru pertama).
2)   Mus’ab ibn Abdullah al-Zubairi
3)   Abu Bakar ibn Abi Syaibah
4)   Muhammad ibn Abdullah ibn Namir
5)   Hisyam ibn Amar
6)   Muhammad ibn Rumh
Mereka semua ialah guru-guru yang telah menyumbangkan banyak hadis, serta masih banyak guru-guru yang lain. Sedangkan murid-murid Ibn Majah yang mengambil banyak hadis dari beliau diantaranya ialah :
1)   Muhammad ibn Isa al-Abhari
2)   Abu Hasan al-Qattan
3)   Sulaiman ibn Yazid al-Qazwini
4)   Ibn Sibawaih.

B.   Penilaian Ulama Terhadap Ibn Majah
Kebanyakan dan bahkan semua ulama hadis lain dan ulama kritikus menilai positif terhadap kepribadian Ibn Majah dalam proses transmisi hadis. Berikut adalah beberapa penilaian para ulama terhadap Ibn Majah adalah Al-Mizzi menilai Ibn Majah sebagai orang yang alim. Abu Ya’la al-Khalili menyatakan bahwa Ibn Majah dapat dipercaya, dapat dijadikan hujjah, banyak mengetahui hadis dan menghafalkannya. Maka dari itu, banyak hadis shahih yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dalam Sunan Ibn Majah, kecuali hadis-hadis yang membutuhkan penguat karena tidak ada dalam kitab hadis yang lain.

C. Kritik Terhadap Kitab Sunan Ibn Majah
Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Abu Syu’bah bahwa diantara ulama yang mengkritik Sunan Ibn Majah adalah Al-Hafiz Abu faraj Ibnul Jauzi, beliau mengatakan bahwa dalam kitab Sunan Ibn Majah terdapat tiga puluh hadits yang tergolong hadits maudu’. Diantara tiga puluh hadits yang dikritik oleh Ibnu al-Jauzi disepakati oleh para ulama hadits. Akan tetapi kritik yang dilancarkan oleh Ibnu al-Jauzi mendapatkan bantahan dari Imam al-Suyuti sebagai salah satu pen-Syarah kitab Sunan Ibn Majah. Ungkapan yang lebih ekstrim dari ucapan Ibnu al Jauzi diatas adalah ucapan Al-Mizzi sebagaimana dikutip oleh Muhammad Abu Syu’bah dengan mengatakan bahwa “Semua hadits yang hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah sendiri adalah da’if[1]. Kritik tersebut juga mendapat bantahan dari Al-Hafiz Syihabuddin al-Busairi al-Misri (wafat tahun 840 H) sebagaimana dikutip oleh Muhammad Mustafa Azami beliau membahas hadits-hadits tambahan (zawa’id) dalam Sunan Ibn Majah yang tidak terdapat dalam Kitab Kutub al Khamsah dan juga beliau melengkapi dengan menunjukan derajat hadits itu: ada yang termasuk dalam katagori hadits shahih, hasan, da’if atau maudu’[2].
          Akan tetapi, walaupun terdapat beberapa ulama yang mengkritik hadis Sunan Ibn Majah,  tetap saja Kitabnya masuk sebagai peringkat yang keenam dari kitab Induk Hadis, alasannya adalah karena Kitab Sunan Ibn Majah mempunyai kelebihan yaitu hadis tambahan (Zawaid) yang tidak terdapat di dalam kitab induk yang kelima juga termasuk di dalam al-Muwaththa Imam Malik, selain itu kitab Sunan Ibn Majah ini juga mempunyai sistematika penulisannya memberikan kemudahan bagi para peneliti hadis untuk mendapatkan apa yang ingin dicari. Itulah sebabnya setelah melalui proses panjang ulama mutaakhirin menempatkan Sunan Ibn Majah melengkapi jajaran Kutub al-Sittah sekalipun di nomor terakhir. Hal itu tidak lepas dari keberadaan 1339 hadits zawa’id yang kemudian menjadi bahan bermanfaat bagi pengembangan hazanah ilmu fiqih[3].
        Dapat dilihat juga beberapa sanjungan ulama yang tertuju kepada Ibnu Majah mengenai Kitab beliau, seperti Abu Zar`ah, Jalaluddin al-Suyuthi yang telah menyusun syarah beliau, Ibnu Katsir dan yang lainnya. Menurut Ibnu Katsir bahwa Sunan Ibn Majah adalah sebuah kitab yang banyak faedahnya dan baik susunan bab-babnya dalam bidang fiqh[4].
Kitab Sunan Ibnu Majah nampaknya kurang mendapatkan perhatian dibandingkan dengan kitab-kitab hadits lainnya seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud. Hal tersebut terlihat dari minimnya kitab syarah tentang Sunan Ibnu majah. Diantara kitab Syarah Sunan Ibnu Majah adalah:
1.      Kitab Syarah yang ditulis oleh Syaikh al-Sindi al-Madani (wafat tahun 1138 H ) yakni Syarah Sunan Ibnu Majah. Kitab syarah ini tidak ditulis dengan lengkap, hanya ditulis secara ringkas dan terbatas pada permasalahan yang penting-penting saja. Kitab syarah ini ditulis di bagian pinggir dari kitab Sunan Ibnu Majah.
2.      Misbaah al-Zujajah Ala Sunan Ibnu Majah. Kitab Syarah ini ditulis oleh al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuti’ (wafat tahun 911 H). Akan tetapi kitab syarah ini juga sama dengan kitab yang ditulis oleh Syaikh al-Sindi al-Madani hanya menguraikan dengan singkat dan terfokus pada permasalahan yang penting saja.
3.      Al-I’Iam bi Sunanihi alaih al-Salam yang ditulis oleh al-Muglata’i (w. 762 H).
4.      Kitab yang ditulis oleh al-Kamaluddin ibn Musa al-Darimi (w. 808 H) yakni Syarah Sunan Ibnu Majah.
5.      Kitab yang ditulis oleh Ibrahim ibn Muhammad al-Halabi yakni Syarah Sunan Ibnu Majah.

D.  Isi Hadits dan Sisitematika Kitab Sunan Ibnu Majah
Kitab hadits ini merupakan karya manumental dari Ibnu Majah yang sampai saat ini masih beredar dan dijadikan pegangan dan kajian. Kitab ini memuat banyak hadits dengan berbagai kualitas hadits. Kitab ini disusun berdasarkan beberapa kitab dan bab. Menurut Muhammad Fuad Abd al-Baqi hadits yang terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah terdapat 4341 buah hadits yang terbagi dengan kualifikasi 37 kitab dan 1515 bab. Sementara itu dalam versi lain yakni oleh al-Zahabi (673-748 H) mengatakan bahwa hadits yang terdapat dalam Kitab Sunan Ibn Majah adalah 4000 hadits yang terbagi dalam 32 Kitab dan 1500 Bab, pendapat serupa pun diungkapkan oleh Abu al-Hasan al-Qattan (334-415 H) dengan mengatakan kitab Sunan Ibnu Majah memuat 32 kitab, 1500 bab dan sekitar 4000 hadits[5].
Dalam pendahuluan Kitab Sunan Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi memberikan uraian yang sangat lengkap sebagaimana diikuti oleh Muhammad Mustafa ‘Azami beliau menjelaskan bahwa kitab ini (Kitab Ibn Majah) berisi 4.341 hadits. Dari jumlah hadits tersebut menurutnya sebanyak 3.002 hadits telah dibukukan dan terdapat dalam kitab Kutub Al-Sittah. Dari jumlah tersebut berarti hanya 1.339 hadits yang murni dimiliki dan dikodifikasikan oleh Ibnu Majah dalam kitab sunan-nya.
Sajian yang lebih lengkap diungkapkan oleh Muhammad Mustafa ‘Azamai sebagaimana yang ia kutip dari Fuad Abdul Baqi mengklasifikasikan hadits yang terkodifikasi dalam kitab Ibnu Majah dengan tingkat kualitasnya sebagai berikut:
  • 428 hadits dari 1. 339 hadits termasuk dalam katagori hadits Shahih.
  • 199 hadits dari 1. 339 hadits termasuk dalam katagori hadits Hasan.
  • 613 hadits dari 1. 339 hadits termasuk dalam katagori hadits lemah isnad-nya.
  • 99 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori hadits munkar dan makdzub
Ciri utama dari kitab ini sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Mustafa Azami bahwa Kitab Sunan Ibnu Majah adalah salah satu yang terbaik dilihat dari sistematika penyusunannya yang disusun judul perjudul dan sub-bab dengan sistematika fikih. Hal ini diakui oleh para ulama. Dan kitab ini tidak banyak mengalami pengulangan hadits.
Sistematika penyusunan hadits dalam Kitab Sunan Ibnu Majah[6]
No
NAMA KITAB
JUZ
HLM
-
Al-Muqaddimah
I
3
1.
Al-Taharah
I
9
2.
Al-Shalat
I
219
3.
Al-Azan
I
232
4.
Al-Masajid wa al-Jama’ah
I
234
5.
Al-Iqamah
I
264
6.
Al-Jana’iz
I
461
7.
Al-Siyam
I
525
8.
Al-Zakat
I
565
9.
Al-Nikah
I
592
10.
Al-Talaq
I
650
11.
Al-Kafarat
II
676
12.
Al-Tijarat
II
723
13.
Al-Ahkam
II
774
14.
Al-Had
II
795
15.
Al-Sadaqah
II
799
16.
Al-Ruhun
II
815
17.
Al-Syafa’ah
II
833
18.
Al-Luqatah
II
836
19.
Al-‘Itq
II
840
20.
Al-Hudud
II
847
21.
Al-Diyat
II
873
22.
Al-Wasaya
II
900
23.
Al-Fara’id
II
908
24.
Al-Jihad
II
920
25.
Al-Manasik
II
962
26.
Al-Adhahi
II
1043
27.
Al-Dzaba'ih
II
1056
28.
Al-Shayd
II
1068
29.
Al-At’imah
II
1083
30.
Al-Asyribah
II
1119
31.
Al-Tib
II
1137
32.
Al-Libas
II
1176
33.
Al-Adab
II
1206
34.
Al-Du’a
II
1258
35.
Ta’bir al-Ru’ya
II
1258
36.
Al-Fitan
II
1290
37.
Al-Zuhd
II
1373
Berdasarkan uraian tabel diatas, nampak sekali bahwa Ibnu Majah menyusun hadist-hadits dengan menggunakan sistem tema yakni disusun dengan tema-tema fikih yang dimulai dari tema (kitab) taharah. Yang menarik dari penyusunan tema di atas adalah bahwa Ibnu Majah mengakhirkan kitab zakat setelah kitab puasa dan kitab haji diletakannya jauh setelah kitab jihad. Hal ini kemungkinan Ibnu Majah memandang haji itu lebih dekat dengan jihad demikian juga dengan ibadah-ibadah lainnya. Permasalahan haji nampaknya bagi Ibnu Majah perlu mendapatkan perhatian khusus.[7]
Adapun permasalahan metode penghimpunan hadits-hadits yang dilakukan oleh Ibnu Majah nampaknya tidak dapat diketahui dengan mudah meskipun kita membaca kitab tersebut. Sehingga para ulama melakukan ijtihad tentang metode yang dilakukan oleh Ibnu Majah. Para ulama menduga bahwa kitab hadits yang dikarang oleh Ibnu Majah disusun berdasarkan masalah hukum. Disamping itu juga ia memasukan masalah-masalah lainnya diantaranya tentang masalah zuhud, tafsir dan sebagainya. Dan hadits-hadits yang terdapat dalam kitabnya terdapat hadits yang mursal dengan tidak menyebutkan periwayat ditingkat pertama (sahabat). Hadits semacam itu dalam Kitab Sunan Ibnu Majah terdapat kurang lebih 20 hadits. Sedangkan jika hadits-hadits yang terdapat dalam Kitab Sunan Ibnu Majah dilihat dari segi kualitasnya terdapat berbagai macam-macam hadits: Shahih, hasan bahkan ada yang dha’if, munkar, batil, maudhu’. Hadits-hadits yang dinilai cacad tersebut dalam kitabnya tidak disebutkan sebab atau alasan kenapa Ibnu Majah memasukan hadits tersebut dalam kitabnya.
Dari segi Rijal al-Hadits, Ibnu Majah termasuk ulama yang mudah memasukan rijal al-hadits. Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh periwayat pendusta seperti Amir Ibn Subh, Muhammad Ibn Said al-Maslub, al-Waqidi dimasukannya dalam kitab Sunan Ibnu Majah. Yang manarik dari kitab Sunan Ibnu Majah adalah kitab ini memuat hadits-hadits yang tidak di jumpai oleh pengarang-pengarang hadits sebelumnya yakni : Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tarmizi dan al-Nasa’i.

E. Kesimpulan
Ibnu Majah memiliki karya besar dalam disiplin ilmu hadis yang berjudul kitab sunan dan dikenal dengan nama Sunan Ibn Majah. Kitab ini dinisbatkan kepada pemiliknya yaitu Sunan Ibn Majah. Sunan Ibn Majah merupakan rujukan hadis yang terakhir dengan sebutan al-Kutubu al-Sittah. Ibnu Thahir al-Maqdisi memandang sunan ini sebagi kitab induk yang keenam. Adapun yang pertama kali menjadikan susunan kitab ini termasuk ke dalam kitab induk yang keenam ialah Ibnu Thahir al-Maqdisy, kemudian diikuti oleh al-hafizh Abd al-Ghany al-Maqdisy dalam kitab al-Ikmal. Dapat kita pahami,  bahwa kitab Sunan Ibn Majah tidak diragukan lagi keotentikannya, walaupun terdapat perbedaaan di antara ulama, tetap saja Kitab ini menjadi rujukan utama dan juga termasuk ke dalam kitab induk yang keenam sebagai kitab rujukan hadis-hadis  dari Rasulullah SAW.
Ibnu Majah adalah seorang yang disepakati tentang kejujurannya dapat dijadikan argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal hadis. Pengembaraannya berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yangg cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan teristimewa mengenai hadis dan periwayatannya. Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan mengumpulkan hadis beliau telah melakukan lawatan dan berkeliling di beberapa negeri. Ia melawat ke Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Basrah dan negara-negara serta kota-kota lainnya untuk menemui dan berguru hadis kepada ulama-ulama hadis. Perhatian para ulama yang tertuju kepada Ibnu Majah adalah dengan mencurahkan perhatian mereka dari sisi periwayatan, penelitian dan penyalinan sebagaimana kitab yang lain. Penyusunan biografi Ibnu Majah telah terangkum dalam penyusunan biografi para perawi yang telah diakui di dalam al-Kutub al-Sittah.
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibnu Majah terbesar yangg masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah nama Ibnu Majah menjadi terkenal. Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Adapun jumlah hadis yang termuat didalam kitab Sunan Ibn Majah  sebanyak 4341 Hadis, 3002 di antaranya telah termuat di dalam kitab-kitab hadis lainnya, sedangkan 1339 lainnya merupakan tambahan yang tidak terdapat di dalam kitab standar hadis yang lain. Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh yg dikerjakan secara baik dan indah.
Pada akhirnya, walaupun Kitab Sunan Ibn Majah ini mendapatkan kritik dari sejumlah ulama dengan pendapat bahwa dalam kitab ini terdapat hadis mawdhu`, akan tetapi hadis maudhu` tersebut jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan keseluruhan hadis yang tercatat di dalamnya. Selain itu juga, harus diakui bahwa kitab ini telah memberikan konstribusi yang patut disyukuri, karena sampai saat ini, kitab ini masih menjadi sumber acuan bagi mereka yang ingin mendalami dan menelusuri hadis-hadis dengan merujuk kepada kitab tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

‘Azami, Muhammad Mustafa. Studies in Hadith Methodology and Literature. 1977. American Trust Publication.
Abu Suhbah, Muhammad. Fi Rihab al-Kutub al-Tis’ah. 1969. Kairo: Majma’ al-Buhus al-Islamiyah.
Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis. 2009. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
CD Mausu’at al-Hadits al-Syarif.
Ibn Majah, Abu Abdullah Muhammad Bin Yazid. Sunan Ibn Majah. Terj. Abdullah Shonhaji. 1993.  Semarang : CV Asy Syifa`.
Ismail, Muhammad Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadits Cet. II. 1994. Bandung: Angkasa.
Khon, Majid. Ulumul Hadis. 2010. Jakarta : AMZAH.
Suryadilaga, Muhammad Alfatih. Studi Kitab Hadits. 2009. Jakarta: Teras.



[1] Muhammad Abu Suhbah, Fi Rihab al-Kutub al-Tis’ah, hlm. 100.
[2] Muhammad Mustafa ‘Azami, Studies in Hadith Methodology and Literature, hlm. 161
[3] Endang Soetari, Ilmu Hadis, (Bandung: Amal Bakti Press, 1994), hlm. 78
[4] Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 254
[5] Muhammad Abu Suhbah, Fi Rihab al-Kutub al-Tis’ah, hlm. 98
[6] Muhammad Alfatih Suryadilaga, Studi Kitab Hadits (Jakarta: Teras, 2009), hlm. 170-171
[7] Muhammad Alfatih Suryadilaga, Studi Kitab Hadits (Jakarta: Teras, 2009), hlm. 171

Tidak ada komentar:

Posting Komentar