A. Biografi Ibn Majah
Nama Ibn Majah menjadi terkenal dikalangan
umat Islam setelah munculnya Kitab hadis Sunan Ibn Majah yang termasuk ke dalam
kutub al-sittah. Nama lengkap Ibn Majah ialah Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid
Ibn Majah al-Rubay’iy al-Qazwiniy al-Hafiz. Al-Qazwiniy merupakan nama lain
yang dinisbatkan kepada ulama yang lahir pada tahun 209 H/ 824 M ini, karena
nama tersebut merupakan tempat dimana Ibn Majah tumbuh dan berkembang. Adapun
nama asli Ibn Majah ialah Muhammad ibn Yazid dengan nama kuniyah Abu Abdullah.
Ulama yang terlahir pada masa pemerintahan
Dinasti Abbasyiyah tepatnya masa kekhalifahan al-Makmun (198 H/813 M) ini
meninggal pada usia 74 tahun. Lebih tepatnya meninggal pada hari selasa tanggal
22 Ramadhan tahun 273 H pada masa khalifah al-Muqtadir (295 H/908 M).
Sedikit sekali ditemukannya informasi mengenai
Ibn Majah pada saat masih kecil dalam beberapa literatur yang ada. Sebagian
kecil menceritakan mulainya Ibn Majah belajar di desa Qazwin pada masa kecil. Kebanyakan
diinformasikan tentang keahlian yang digelutinya dalam hal penyusunan hadis.
Ketekunannya dalam dunia hadis sudah terlihat ketika Ibn Majah berusia 15
tahun, yaitu dengan mencari guru ke berbagai daerah dan mendengarkan
hadis-hadis secara langsung yang berlanjut cukup lama. Berkat kegiatan
tersebut, menjadilah Ibn Majah sebagai ulama hadis yang dikenal oleh umat
muslim pada masa itu sampai sekarang.
Telah dijelaskan sebelumnya, pada abad ke 3
hijriyah dan sebelumnya, para ulama mutaqaddimin telah menghimpun hadis-hadis
Nabi saw yang tercecer di berbagai daerah. Kehadiran Sunan Ibn Majah dalam
dunia Islam terjadi pada masa keemasan Islam, yaitu adanya pembukuan hadis
secara besar-besaran. Begitu juga banyak hadis palsu atau maudhu’ yang
disebarkan oleh kaum zindiq. Oleh karena itu, para ulama muhaddisin menyeleksi
hadis-hadis secara ketat agar hadis maudhu’ terdeteksi, sehingga hal itu
dikenal dengan ‘Ulum al-Hadis.
Dengan banyaknya daerah yang disinggahi oleh
Ibn Majah dalam mencari hadis disamping memperoleh banyak ilmu, beliau dikenal
sebagai petualang keilmuan. Berikut adalah daerah yang pernah beliau singgahi :
Khurasan, Naisabur, serta kota lainnya seperti : al-Ray, Iraq, Baghdad, Kufah,
Basrah, Wasit, Hijaz, Makkah dan Madinah. Dengan banyaknya daerah yang
dikunjungi, otomatis banyak pula guru yang beliau ikuti, diantaranya ialah:
1) Ali Ibn Muhammad al-Tanafasy dan Jubarah ibn al-Muglis (guru pertama).
2) Mus’ab ibn Abdullah al-Zubairi
3) Abu Bakar ibn Abi Syaibah
4) Muhammad ibn Abdullah ibn Namir
5) Hisyam ibn Amar
6) Muhammad ibn Rumh
Mereka semua ialah guru-guru yang telah
menyumbangkan banyak hadis, serta masih banyak guru-guru yang lain. Sedangkan
murid-murid Ibn Majah yang mengambil banyak hadis dari beliau diantaranya ialah
:
1) Muhammad ibn Isa al-Abhari
2) Abu Hasan al-Qattan
3) Sulaiman ibn Yazid al-Qazwini
4) Ibn Sibawaih.
B. Penilaian Ulama Terhadap Ibn Majah
B. Penilaian Ulama Terhadap Ibn Majah
Kebanyakan dan bahkan semua ulama hadis lain
dan ulama kritikus menilai positif terhadap kepribadian Ibn Majah dalam proses
transmisi hadis. Berikut adalah beberapa penilaian para ulama terhadap Ibn
Majah adalah Al-Mizzi menilai Ibn Majah sebagai orang yang alim. Abu Ya’la
al-Khalili menyatakan bahwa Ibn Majah dapat dipercaya, dapat dijadikan hujjah,
banyak mengetahui hadis dan menghafalkannya. Maka dari itu, banyak hadis shahih
yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dalam Sunan Ibn Majah, kecuali hadis-hadis
yang membutuhkan penguat karena tidak ada dalam kitab hadis yang lain.
C. Kritik Terhadap Kitab Sunan Ibn Majah
Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Abu Syu’bah bahwa diantara ulama yang
mengkritik Sunan Ibn Majah adalah Al-Hafiz Abu faraj Ibnul Jauzi, beliau
mengatakan bahwa dalam kitab Sunan Ibn Majah terdapat tiga puluh hadits yang
tergolong hadits maudu’. Diantara tiga puluh hadits yang dikritik oleh Ibnu
al-Jauzi disepakati oleh para ulama hadits. Akan tetapi kritik yang dilancarkan
oleh Ibnu al-Jauzi mendapatkan bantahan dari Imam al-Suyuti sebagai salah satu
pen-Syarah kitab Sunan Ibn Majah. Ungkapan yang lebih ekstrim dari ucapan Ibnu
al Jauzi diatas adalah ucapan Al-Mizzi sebagaimana dikutip oleh Muhammad Abu
Syu’bah dengan mengatakan bahwa “Semua hadits yang hanya diriwayatkan oleh
Ibnu Majah sendiri adalah da’if”[1].
Kritik tersebut juga mendapat bantahan dari Al-Hafiz Syihabuddin al-Busairi
al-Misri (wafat tahun 840 H) sebagaimana dikutip oleh Muhammad Mustafa Azami
beliau membahas hadits-hadits tambahan (zawa’id) dalam Sunan Ibn Majah yang
tidak terdapat dalam Kitab Kutub al Khamsah dan juga beliau melengkapi dengan
menunjukan derajat hadits itu: ada yang termasuk dalam katagori hadits shahih,
hasan, da’if atau maudu’[2].
Akan tetapi, walaupun terdapat beberapa ulama yang mengkritik hadis Sunan Ibn
Majah, tetap saja Kitabnya masuk sebagai peringkat yang keenam dari kitab
Induk Hadis, alasannya adalah karena Kitab Sunan Ibn Majah mempunyai kelebihan
yaitu hadis tambahan (Zawaid) yang tidak terdapat di dalam kitab induk
yang kelima juga termasuk di dalam al-Muwaththa Imam Malik, selain itu kitab
Sunan Ibn Majah ini juga mempunyai sistematika penulisannya memberikan kemudahan
bagi para peneliti hadis untuk mendapatkan apa yang ingin dicari. Itulah
sebabnya setelah melalui proses panjang ulama mutaakhirin menempatkan Sunan Ibn
Majah melengkapi jajaran Kutub al-Sittah sekalipun di nomor terakhir. Hal itu
tidak lepas dari keberadaan 1339 hadits zawa’id yang kemudian menjadi bahan
bermanfaat bagi pengembangan hazanah ilmu fiqih[3].
Dapat dilihat juga beberapa sanjungan ulama yang tertuju kepada Ibnu Majah
mengenai Kitab beliau, seperti Abu Zar`ah, Jalaluddin al-Suyuthi yang telah
menyusun syarah beliau, Ibnu Katsir dan yang lainnya. Menurut Ibnu Katsir bahwa
Sunan Ibn Majah adalah sebuah kitab yang banyak faedahnya dan baik susunan
bab-babnya dalam bidang fiqh[4].
Kitab Sunan Ibnu Majah nampaknya kurang mendapatkan perhatian
dibandingkan dengan kitab-kitab hadits lainnya seperti Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud. Hal tersebut terlihat dari minimnya kitab
syarah tentang Sunan Ibnu majah. Diantara kitab Syarah Sunan Ibnu Majah
adalah:
1.
Kitab Syarah yang ditulis oleh Syaikh al-Sindi al-Madani (wafat tahun 1138
H ) yakni Syarah Sunan Ibnu Majah. Kitab syarah ini tidak ditulis dengan lengkap,
hanya ditulis secara ringkas dan terbatas pada permasalahan yang
penting-penting saja. Kitab syarah ini ditulis di bagian pinggir dari kitab Sunan
Ibnu Majah.
2.
Misbaah al-Zujajah Ala Sunan Ibnu Majah. Kitab Syarah
ini ditulis oleh al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuti’ (wafat tahun 911 H). Akan
tetapi kitab syarah ini juga sama dengan kitab yang ditulis oleh Syaikh
al-Sindi al-Madani hanya menguraikan dengan singkat dan terfokus pada
permasalahan yang penting saja.
3.
Al-I’Iam bi Sunanihi alaih al-Salam yang ditulis
oleh al-Muglata’i (w. 762 H).
4.
Kitab yang ditulis oleh al-Kamaluddin ibn Musa
al-Darimi (w. 808 H) yakni Syarah Sunan Ibnu Majah.
5.
Kitab yang ditulis oleh Ibrahim ibn Muhammad
al-Halabi yakni Syarah Sunan Ibnu Majah.
D. Isi Hadits dan Sisitematika Kitab Sunan Ibnu Majah
D. Isi Hadits dan Sisitematika Kitab Sunan Ibnu Majah
Kitab hadits ini merupakan karya manumental dari Ibnu Majah yang sampai
saat ini masih beredar dan dijadikan pegangan dan kajian. Kitab ini memuat
banyak hadits dengan berbagai kualitas hadits. Kitab ini disusun berdasarkan
beberapa kitab dan bab. Menurut Muhammad Fuad Abd al-Baqi hadits yang terdapat
dalam kitab Sunan Ibnu Majah terdapat 4341 buah hadits yang terbagi
dengan kualifikasi 37 kitab dan 1515 bab. Sementara itu dalam versi lain yakni oleh al-Zahabi (673-748 H) mengatakan bahwa hadits
yang terdapat dalam Kitab Sunan Ibn Majah adalah 4000 hadits yang
terbagi dalam 32 Kitab dan 1500 Bab, pendapat serupa pun diungkapkan oleh Abu
al-Hasan al-Qattan (334-415 H) dengan mengatakan kitab Sunan Ibnu Majah memuat
32 kitab, 1500 bab dan sekitar 4000 hadits[5].
Dalam pendahuluan Kitab Sunan Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi
memberikan uraian yang sangat lengkap sebagaimana diikuti oleh Muhammad Mustafa
‘Azami beliau menjelaskan bahwa kitab ini (Kitab Ibn Majah) berisi 4.341
hadits. Dari jumlah hadits tersebut menurutnya sebanyak 3.002 hadits telah
dibukukan dan terdapat dalam kitab Kutub Al-Sittah. Dari jumlah tersebut
berarti hanya 1.339 hadits yang murni dimiliki dan dikodifikasikan oleh Ibnu
Majah dalam kitab sunan-nya.
Sajian yang lebih lengkap diungkapkan oleh Muhammad Mustafa ‘Azamai
sebagaimana yang ia kutip dari Fuad Abdul Baqi mengklasifikasikan hadits yang
terkodifikasi dalam kitab Ibnu Majah dengan tingkat kualitasnya
sebagai berikut:
- 428 hadits dari 1.
339 hadits termasuk dalam katagori hadits Shahih.
- 199 hadits dari 1.
339 hadits termasuk dalam katagori hadits Hasan.
- 613 hadits dari 1.
339 hadits termasuk dalam katagori hadits lemah isnad-nya.
- 99 hadits dari 1.339
hadits termasuk dalam katagori hadits munkar dan makdzub
Ciri utama dari kitab ini sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Mustafa
Azami bahwa Kitab Sunan Ibnu Majah adalah salah satu yang terbaik
dilihat dari sistematika penyusunannya yang disusun judul perjudul dan sub-bab
dengan sistematika fikih. Hal ini diakui oleh para ulama. Dan kitab ini tidak
banyak mengalami pengulangan hadits.
Sistematika penyusunan hadits dalam Kitab Sunan Ibnu Majah[6]
No
|
NAMA KITAB
|
JUZ
|
HLM
|
-
|
Al-Muqaddimah
|
I
|
3
|
1.
|
Al-Taharah
|
I
|
9
|
2.
|
Al-Shalat
|
I
|
219
|
3.
|
Al-Azan
|
I
|
232
|
4.
|
Al-Masajid wa al-Jama’ah
|
I
|
234
|
5.
|
Al-Iqamah
|
I
|
264
|
6.
|
Al-Jana’iz
|
I
|
461
|
7.
|
Al-Siyam
|
I
|
525
|
8.
|
Al-Zakat
|
I
|
565
|
9.
|
Al-Nikah
|
I
|
592
|
10.
|
Al-Talaq
|
I
|
650
|
11.
|
Al-Kafarat
|
II
|
676
|
12.
|
Al-Tijarat
|
II
|
723
|
13.
|
Al-Ahkam
|
II
|
774
|
14.
|
Al-Had
|
II
|
795
|
15.
|
Al-Sadaqah
|
II
|
799
|
16.
|
Al-Ruhun
|
II
|
815
|
17.
|
Al-Syafa’ah
|
II
|
833
|
18.
|
Al-Luqatah
|
II
|
836
|
19.
|
Al-‘Itq
|
II
|
840
|
20.
|
Al-Hudud
|
II
|
847
|
21.
|
Al-Diyat
|
II
|
873
|
22.
|
Al-Wasaya
|
II
|
900
|
23.
|
Al-Fara’id
|
II
|
908
|
24.
|
Al-Jihad
|
II
|
920
|
25.
|
Al-Manasik
|
II
|
962
|
26.
|
Al-Adhahi
|
II
|
1043
|
27.
|
Al-Dzaba'ih
|
II
|
1056
|
28.
|
Al-Shayd
|
II
|
1068
|
29.
|
Al-At’imah
|
II
|
1083
|
30.
|
Al-Asyribah
|
II
|
1119
|
31.
|
Al-Tib
|
II
|
1137
|
32.
|
Al-Libas
|
II
|
1176
|
33.
|
Al-Adab
|
II
|
1206
|
34.
|
Al-Du’a
|
II
|
1258
|
35.
|
Ta’bir
al-Ru’ya
|
II
|
1258
|
36.
|
Al-Fitan
|
II
|
1290
|
37.
|
Al-Zuhd
|
II
|
1373
|
Berdasarkan uraian tabel diatas, nampak sekali
bahwa Ibnu Majah menyusun hadist-hadits dengan menggunakan sistem tema yakni
disusun dengan tema-tema fikih yang dimulai dari tema (kitab) taharah. Yang
menarik dari penyusunan tema di atas adalah bahwa Ibnu Majah mengakhirkan kitab
zakat setelah kitab puasa dan kitab haji diletakannya jauh
setelah kitab jihad. Hal ini kemungkinan Ibnu Majah memandang haji
itu lebih dekat dengan jihad demikian juga dengan ibadah-ibadah lainnya.
Permasalahan haji nampaknya bagi Ibnu Majah perlu mendapatkan perhatian
khusus.[7]
Adapun permasalahan metode penghimpunan
hadits-hadits yang dilakukan oleh Ibnu Majah nampaknya tidak dapat diketahui
dengan mudah meskipun kita membaca kitab tersebut. Sehingga para ulama
melakukan ijtihad tentang metode yang dilakukan oleh Ibnu Majah. Para ulama
menduga bahwa kitab hadits yang dikarang oleh Ibnu Majah disusun berdasarkan
masalah hukum. Disamping itu juga ia memasukan masalah-masalah lainnya
diantaranya tentang masalah zuhud, tafsir dan sebagainya. Dan hadits-hadits
yang terdapat dalam kitabnya terdapat hadits yang mursal dengan tidak
menyebutkan periwayat ditingkat pertama (sahabat). Hadits semacam itu dalam
Kitab Sunan Ibnu Majah terdapat kurang lebih 20 hadits. Sedangkan jika
hadits-hadits yang terdapat dalam Kitab Sunan Ibnu Majah dilihat dari
segi kualitasnya terdapat berbagai macam-macam hadits: Shahih, hasan bahkan
ada yang dha’if, munkar, batil, maudhu’. Hadits-hadits yang dinilai cacad
tersebut dalam kitabnya tidak disebutkan sebab atau alasan kenapa Ibnu Majah
memasukan hadits tersebut dalam kitabnya.
Dari segi Rijal al-Hadits, Ibnu Majah
termasuk ulama yang mudah memasukan rijal al-hadits. Hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh periwayat pendusta seperti Amir Ibn Subh, Muhammad Ibn Said
al-Maslub, al-Waqidi dimasukannya dalam kitab Sunan Ibnu Majah. Yang
manarik dari kitab Sunan Ibnu Majah adalah kitab ini memuat
hadits-hadits yang tidak di jumpai oleh pengarang-pengarang hadits sebelumnya
yakni : Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tarmizi dan al-Nasa’i.
E. Kesimpulan
E. Kesimpulan
Ibnu Majah memiliki karya besar dalam disiplin ilmu hadis yang
berjudul kitab sunan dan dikenal dengan nama Sunan Ibn Majah. Kitab ini
dinisbatkan kepada pemiliknya yaitu Sunan Ibn Majah. Sunan Ibn Majah merupakan
rujukan hadis yang terakhir dengan sebutan al-Kutubu al-Sittah. Ibnu
Thahir al-Maqdisi memandang sunan ini sebagi kitab induk yang keenam. Adapun
yang pertama kali menjadikan susunan kitab ini termasuk ke dalam kitab induk
yang keenam ialah Ibnu Thahir al-Maqdisy, kemudian diikuti oleh al-hafizh Abd
al-Ghany al-Maqdisy dalam kitab al-Ikmal.
Dapat kita pahami, bahwa kitab Sunan Ibn Majah tidak diragukan lagi
keotentikannya, walaupun terdapat perbedaaan di antara ulama, tetap saja Kitab
ini menjadi rujukan utama dan juga termasuk ke dalam kitab induk yang keenam
sebagai kitab rujukan hadis-hadis dari Rasulullah SAW.
Ibnu Majah adalah seorang yang disepakati tentang kejujurannya
dapat dijadikan argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas
dan banyak menghafal hadis. Pengembaraannya berkembang dan meningkat dewasa
sebagai orang yangg cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan teristimewa mengenai
hadis dan periwayatannya. Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan
mengumpulkan hadis beliau telah melakukan lawatan dan berkeliling di beberapa
negeri. Ia melawat ke Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Basrah dan negara-negara
serta kota-kota lainnya untuk menemui dan berguru hadis kepada ulama-ulama
hadis. Perhatian para ulama yang tertuju kepada Ibnu Majah adalah dengan
mencurahkan perhatian mereka dari sisi periwayatan, penelitian dan penyalinan
sebagaimana kitab yang lain. Penyusunan biografi Ibnu Majah telah terangkum
dalam penyusunan biografi para perawi yang telah diakui di dalam al-Kutub
al-Sittah.
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibnu Majah terbesar
yangg masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah nama Ibnu Majah
menjadi terkenal. Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa
bab. Adapun jumlah hadis yang termuat didalam kitab Sunan Ibn Majah
sebanyak 4341 Hadis, 3002 di
antaranya telah termuat di dalam kitab-kitab hadis lainnya, sedangkan 1339
lainnya merupakan tambahan yang tidak terdapat di dalam kitab standar hadis
yang lain. Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh yg dikerjakan
secara baik dan indah.
Pada akhirnya, walaupun Kitab Sunan Ibn Majah ini mendapatkan
kritik dari sejumlah ulama dengan pendapat bahwa dalam kitab ini terdapat hadis
mawdhu`, akan tetapi hadis maudhu` tersebut jauh lebih sedikit jika
dibandingkan dengan keseluruhan hadis yang tercatat di dalamnya. Selain itu
juga, harus diakui bahwa kitab ini telah memberikan konstribusi yang patut
disyukuri, karena sampai saat ini, kitab ini masih menjadi sumber acuan bagi
mereka yang ingin mendalami dan menelusuri hadis-hadis dengan merujuk kepada
kitab tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
‘Azami,
Muhammad Mustafa. Studies in Hadith Methodology and Literature. 1977.
American Trust Publication.
Abu Suhbah, Muhammad.
Fi Rihab al-Kutub al-Tis’ah. 1969. Kairo: Majma’ al-Buhus al-Islamiyah.
Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad
Hasbi. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis. 2009. Semarang: Pustaka Rizki
Putra.
CD Mausu’at al-Hadits
al-Syarif.
Ibn Majah, Abu Abdullah Muhammad
Bin Yazid. Sunan Ibn Majah. Terj. Abdullah Shonhaji. 1993. Semarang : CV Asy Syifa`.
Ismail,
Muhammad Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadits Cet. II. 1994. Bandung: Angkasa.
Khon, Majid. Ulumul Hadis.
2010. Jakarta : AMZAH.
Suryadilaga, Muhammad
Alfatih. Studi Kitab Hadits. 2009. Jakarta: Teras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar